Kisah “Kerabat Kami Disihir” (bag.1)
Suatu hari saat aku berada di tempat kerjaku, di markaz Hai’ah al-Amr bin al-Ma’ruf wa an-Nahy ‘an al-Munkar (Lembaga Amar Ma’ruf Nahi Munkar), tiba-tiba dua orang pemuda masuk markaz dan menanyakan ketua markaz. Aku pun menyambut keduanya, lalu keduanya meminta waktu berbicara empat mata tentang masalah khusus dan penting. Keduanya memberitahukan kepadaku nama mereka, yaitu Abdullah dan Abdurrahman. Kemudian salah satu dari keduanya mulai menyampaikan problemnya. Ia mengatakan kepadaku, “Salah satu kerabat kami disihir, dan kami telah pergi ke lebih dari satu tukang sihir untuk membebaskan sihirnya, tapi sihir selalu terbarui untuknya. Karena kalian diberi tugas mengenai permasalahan sihir dan tukang sihir serta menangkap mereka, maka kami berharap dari kalian pada saat menangkap salah seorang tukang sihir agar bertanya kepadanya dan memintanya agar menunjukkan kami ke tempat sihir itu.”
Aku mendengarkan pembicaraan keduanya, dan setelah selesai berbicara, aku bertanya kepada keduanya dengan keheranan,”Bagaimana mungkin kalian meminta kami agar menangkap tukang sihir dan meminta darinya supaya membebaskan sihir, atau menunjukkan ke tempat sihir ? Padahal kalian tahu bahwa tugasku adalah menangkap dan menundukkan mereka kepada syariat guna menerapkan hukum-hukum Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berkenaan dengan mereka. Tukang sihir tidak bisa membebaskan sihir kecuali dengan mendekatkan diri kepada setan, sementara tidak boleh bertanya kepada tukang sihir atau dukun; karena Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Siapa yang mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka tidak diterima shalatnya selama 40 malam.” (HR. Muslim, 14/327)
Ini jika ia bertanya kepadanya dan tidak mempercayainya. Sedangkan jika ia mempercayainya, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Barang siapa mendatangi dukun atau peramal lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (Hadis hasan diriwayatkan Ahmad 15/333 dan al-Hakim, 1/8)
Kalian berdua harus tahu bahwa tukang sihir atau dukun yang ditanya ini memiliki hubungan dan kerja sama saling menguntungkan antara dia dengan setan. Sesuai kadar yang diberikan dukun kepada setan, berupa memperhambakan manusia kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى, maka sejauh itu pulalah setan akan mendekatkan dirinya kepadanya dengan melayani kepentingannya. Kepentingan tukang sihir dari setan yang terpenting ialah harta, kemuliaan dan kedudukan. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى telah menyebutkan hal itu dalam kitab-Nya :
وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوا إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ [الأعراف : 113]
Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir’aun mengatakan : “(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang ?” (al-A’raf : 113)
Sedangkan tujuan setan yang terbesar ialah menjadikan manusia beribadah kepada selain Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Sihir itu tidak bisa berlangsung kecuali dengan menyembah setan dan mendekatkan diri kepadanya dengan syirik, dosa dan kemaksiatan. Jadi, perhatian setan yang terbasar ialah memalingkan hamba dari beribadah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan menjerumuskan mereka ke dalam kemusyrikan yang akan menyeret mereka ke dalam neraka serta mendapatkan murka Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى Yang Mahaperkasa.
Setan membuat aneka macam jalan penyesatan, di antaranya gerbang-gerbang kemusyrikan. Jika ia tidak mampu, maka ia mendatangi dari pintu bid’ah. Lalu bertahap hingga menjerumuskannya kedalam dosa-dosa besar, kemudian dosa-dosa kecil, dan menyibukkannya dengan perkara-perkara mubah. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
Sesungguhnya setan telah putus asa dari disembah oleh orang-orang yang shalat di jazirah Arab, tapi (sebagai gantinya) dengan menghasud di antara mereka.” (HR. Muslim)
Apa yang terjadi selanjutnya ?
Nantikan kisah selanjutnya pada bagian kedua ...insya Allah.
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Hum Laisuu bi-syai-in, Adil bin Thahir al-Muqbil, ei, hal. 6-11